PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPAS KELAS IV SEKOLAH DASAR

Tim peneliti di balik studi ini bermaksud menjawab tiga pertanyaan: (a) dapatkah model pembelajaran berbasis masalah membantu siswa kelas empat di sekolah dasar meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka? (b) apakah siswa
mengalami kesulitan ketika mencoba melakukannya? (c) apakah guru mengalami kesulitan ketika membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka? Studi ini menggunakan mix methode, yang juga disebut Penelitian metode gabungan. Studi mix methode memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Studi ini menggunakan Desain Sekuensial ksplanatori, yang memerlukan pengumpulan data kuantitatif terlebih dahulu dan kemudian
memberikan penjelasan untuk data kualitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest dan posttest kelompok tunggal atau bisa disebut One Sample TTest. Desain pretest dan posttest kelompok tunggal adalah jenis desain praeksperimental di mana satu kelompok mengambil pretest dan posttest. Investigasi dilakukan di salah satu sekolah Desa Cigugur Tengah. Lima belas siswa sekolah dasar laki-laki dan lima belas siswa perempuan di kelas empat mereka menjadi
subjek penelitian. Pertanyaan tes tertulis dan penilaian keterampilan digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif untuk penelitian ini, sementara kuesioner dengan tanggapan dari siswa dan guru, wawancara, dan pengamatan dari kedua
kelompok orang digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak model penyelidikan digunakan untuk membantu murid sekolah dasar kelas IV mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Baik makna sedang sebesar 0,39 untuk hasil
uji Skor N-Gain rata-rata maupun makna sedang sebesar 38,67% untuk Skor N Gain sebagai persentase efektivitas menunjukkan hal ini. Siswa berjuang dengan memahami topik, menunjukkan sedikit minat dalam mempelajari sains, menarik kesimpulan dari hasil diskusi, dan menyampaikan hasil diskusi secara efektif dalam wawancara. Guru menghadapi beberapa tantangan, termasuk sumber daya yang tidak memadai untuk alat bantu pengajaran, fasilitas dan infrastruktur yang tidak memadai untuk buku teks, masalah pengkondisian siswa, dan plementasi
suboptimal dari paradigma pembelajaran berbasis masalah selama instruksi.